ISI Yogyakarta, 3 Oktober 2025 — Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menyelenggarakan pemutaran film dalam rangka perayaan Yogyakarta Cultural Festival – 70th Konferensi Asia Afrika. Acara ini berlangsung pada Senin, 3 November 2025, pukul 15.00 hingga 17.30 WIB, bertempat di Ruang AUvi (Auditorium Visual), Gedung FSMR ISI Yogyakarta.
Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian penting dalam perayaan budaya yang menyoroti semangat solidaritas dan kolaborasi antara negara-negara Asia dan Afrika, sebagaimana semangat yang lahir dari Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955. Melalui medium sinema, FSMR ISI Yogyakarta berupaya menghadirkan refleksi atas nilai-nilai historis, sosial, dan kemanusiaan yang relevan hingga masa kini.
Pemutaran film ini akan menampilkan enam karya pilihan berupa film pendek dan dokumenter dari para sutradara Indonesia dan India. Film-film tersebut tidak hanya memperlihatkan kekayaan narasi visual dan estetika sinematik, tetapi juga menggambarkan dialog lintas budaya antara dua bangsa yang memiliki sejarah hubungan diplomatik dan kultural yang kuat.
Adapun daftar film yang akan diputar mencakup: The Tattered Robe Warrior and the Enchanted Storyteller karya Fanny Chotimah (Indonesia), Taring oleh Ann Marie Ramadhania Nalapraya (ISI Yogyakarta), Enlightenment in Motion: India’s Rhythmic Tribute to the Bandung Vision karya Seema Mehra Parihar (India), Sintren Saves The Village oleh Wahyu Nurul Iman (ISI Yogyakarta), Are We Still Friends? oleh Al Ridwan
Kegiatan ini diharapkan menjadi ruang apresiasi dan pembelajaran bagi sivitas akademika ISI Yogyakarta serta masyarakat umum terhadap kekuatan film sebagai media refleksi sejarah dan diplomasi budaya. Selain itu. FSMR semakin memperkuat posisi sinema sebagai jembatan komunikasi antarbangsa, sekaligus menegaskan peran ISI Yogyakarta dalam diplomasi kebudayaan global.



Sebagai lembaga pendidikan seni yang berkomitmen pada pengembangan kreativitas dan riset berbasis budaya, ISI Yogyakarta terus berperan aktif dalam membangun jejaring kerja sama internasional di bidang seni media rekam. Melalui kegiatan seperti ini, FSMR tidak hanya memperkuat reputasi akademiknya, tetapi juga menunjukkan kontribusi nyata ISI Yogyakarta dalam memperluas diplomasi budaya melalui kekuatan karya sinematik.

	
								
													



