LOGO ISI 20 Cm
Loading ...

Dosen FSRD ISI Yogyakarta Menjadi Pembicara symposium internasional di Jilin Anamation Institute

Dosen FSRD ISI Yogyakarta Menjadi Pembicara symposium internasional di Jilin Anamation Institute

Dr. Yulriawan Dafri, M.Hum., dosen Fakutas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Yogyakarta menjadi salah satu narasumber di symposium internasional yang diselenggrakan oleh Jilin Anamation Institute, di Jilin Changchun Cina Pada Tanggal 17-20  April 2025. Symposium dengan tema besarnya adalah  “Desain Inovasi Budaya” melibatkan berbagai negara di Asia, seperti Jepang, Korea, Hongkong, New Zeland dan Asia tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. 

Dalam kesempatan pertama yang disampaikan oleh ketua panitia disebutkan bahwa Desain saat ini berada di persimpangan penting dalam proses konvergensi dan transisi antara budaya Timur dan Barat, dengan sektor desain global mengalami transformasi dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seiring dengan meningkatnya pengaruh desain Asia, perannya di panggung internasional pun kian menonjol, menampilkan pesona budaya yang unik dan potensi inovatif yang besar. Budaya desain bukan hanya merupakan perpaduan estetika dan fungsionalitas,  tetapi juga manifestasi penting dari daya saing suatu bangsa, serta menjadi pendorong utama dalam pertukaran budaya dan pembangunan ekonomi.                                      

Dalam konteks ini, nilai dari budaya desain menjadi semakin menonjol. Melalui desain inovatif, negara-negara dapat meningkatkan citra internasional dan kekuatan lunaknya (soft power), serta mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Institut Animasi Jilin, dengan kepekaan terhadap dinamika zaman, secara khusus menyelenggarakan Simposium Desain Budaya Inovatif ini untuk menghimpun para ahli dan akademisi desain dari berbagai negara Asia guna bersama-sama mengeksplorasi integrasi budaya dan desain, seni merancang produk budaya, perpaduan kreatif dalam desain lintas budaya, serta ekspresi budaya dalam desain lokal. Melalui seminar ini, diharapkan dapat mendorong inovasi dan perkembangan budaya desain, memperkuat pertukaran dan kerja sama budaya, serta memberikan perspektif dan arah baru bagi masa depan dunia desain.

Dalam symposium ini ada 4 modul yang ditawarkan untuk dapat disikusikan dalam forum Bersama ini, yakni 1. Akar Budaya: Integrasi Desain dan Budaya (Budaya dan Desain) Dalam era globalisasi, hubungan antara desain dan budaya menjadi semakin erat, di mana budaya berperan sebagai sumber inspirasi dan jiwa dari desain. Modul “Akar Budaya” menggali integrasi mendalam antara desain dan budaya dalam berbagai latar belakang budaya, mendorong desain untuk menyerap nilai-nilai budaya agar menghasilkan karya yang lebih bermakna dan mendalam. 2. Karya Agung: Seni Desain Produk Budaya (Desain Produk Budaya) Produk budaya merupakan wadah budaya sekaligus manifestasi konkret dari seni desain. Modul “Karya Agung” mengeksplorasi bagaimana menggabungkan elemen budaya dengan konsep desain modern untuk menciptakan produk budaya yang sarat makna budaya dan estetika kontemporer. Fokus utama modul ini adalah pada inovasi dan praktik dalam desain produk budaya, serta bagaimana memberikan vitalitas baru pada produk budaya melalui seni desain. 3. Keindahan Integrasi: Perpaduan Kreatif dalam Desain Lintas Budaya (Desain Lintas Budaya) Dalam konteks globalisasi, desain lintas budaya menjadi topik yang sangat penting. Modul “Keindahan Integrasi” mengkaji pengaruh timbal balik dan integrasi desain dalam berbagai latar budaya, mencari keindahan dan kreativitas dalam perpaduan budaya. Desain lintas budaya bukan sekadar tumpang tindih elemen budaya yang berbeda, tetapi merupakan dialog dan integrasi mendalam antar budaya melalui desain. 4. Jalur Warisan: Ekspresi Budaya dalam Desain Lokal. Desain lokal adalah cara penting untuk menghormati budaya lokal dan melestarikan warisan budaya. Modul “Jalur Warisan” mengkaji bagaimana mewarisi dan mengekspresikan keunikan budaya lokal melalui desain. Desain lokal menekankan penghormatan dan pemahaman terhadap budaya setempat, serta mengungkapkan keunikan dan makna budaya suatu daerah melalui bahasa desain. Para ahli akan membagikan kasus sukses dan pengalaman desain, mendiskusikan cara mengekspresikan makna dan karakteristik budaya lokal dalam desain, serta mempelajari metode inovatif dan jalur praktis dalam desain lokal. Para desainer akan belajar bagaimana menghormati dan mewarisi budaya lokal dalam desain, menciptakan karya desain yang memiliki ciri khas daerah dan kedalaman budaya, serta mendorong pelestarian dan pewarisan budaya lokal. Dalam kesempatan kali ini Dr. Yulriawan Dafri, M.Hum. mengangkat modul nomor 4 sebagai pijakan dalam pembuatan makalah paper yang ditampilkan dalam acara tersebut. Dengan judul presentasi “ Inovation Design Based on Local Cultural Heritage”. Dalam makalah yang disampaikan dijelaskan bahwa pentingnya sebuah bangsa menjaga eksistensi budaya local yang dimiliki,  walaupun di sisi lain kemajuan teknologi, digitalisasi dalam desain,  modernisasi produk seni  tidak dapat dihindarkan. Memeprtahankan dan melindungi budaya local sama dengan menjaga dan memelihara identitas suatu bangsa. Oleh karena itu peran masyarakat dan juga pemerintah dalam upaya upaya menjaga identitas seni dan budaya tersebut menjadi keharusan.

Lebih lanjut dalam paparannya di jelaskan bahwa dalam penerapam inovasi desain berbasis budaya local ini adalah dengan cara  mentransformasi  elemen-elemen tradisional seperti motifbatik, ukiran kayu khas daerah, atau bentuk-bentuk arsitektural tradisional memiliki potensi besar menjadi desain modern yang segar dan fungsional. Transformasi ini bukan sekadarmenyalin bentuk lama ke dalam media baru, tetapi melibatkan proses interpretasi ulang yang kreatif—dimana nilai-nilai budaya tetap dipertahankan namun dikemas ulang sesuai dengan tuntutan estetika dan fungsionalitas masa kini. Misalnya, motif tenun ikat dapat dijadikan inspirasi dalam desain interior modern, atau pola geometris tradisional dapat diterapkan dalam elemen desain grafis digital. Proses ini membutuhkan pemahaman mendalam terhadap makna simbolik dari elemen budaya tersebut, serta keterampilan teknis untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang baru. Diskusi mengenai teknik desain, prinsip estetika, serta pendekatan metodologis seperti co-creation dengan komunitas lokal menjadi krusial untuk memastikan bahwa transformasi ini bersifat autentik dan tidak mereduksi nilai budaya asli. Demikian isi dari presentasi yang disampaikan dalam symposium internasional yang di adakan di Jilin, Changchun China tersebut.

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

id_IDID