Logo-ISI-Yogyakarta
Loading ...

Program Studi Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta Menyelenggarakan “Bincang Redaksi-30” Bersama National Geographic Indonesia .

Program Studi Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta Menyelenggarakan “Bincang Redaksi-30” Bersama National Geographic Indonesia .

Program Studi Tata Kelola Seni, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta berkerjasama dengan National Geographic Indonesia menyelenggarakan “Bincang Redaksi-30” dengan tajuk “Misteri Harimau di Lukisan Raden Saleh”. Bincang Redaksi akan diselenggarakan secara daring pada  Kamis, 29 Juli 2021, 19.30 – 21.30 WIB. Acara ini terbuka bagi masyarakat umum dan dapat mendaftarkan diri pada tautan bit.ly/bincangredaksi-30. Bincang Redaksi-30 diselenggarakan bertempata dengan Hari Harimau yang diperingkati setiap 29 Juli.

Dalam poster undangan “Bincang Redaksi-30” Edisi Hari Harimau Sedunia menampilkan litografi karya CW. Mieling reproduksi dari lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman (1811-1880). Lukisan cat minyak pada kanvas itu bertajuk “Kebakaran Padang Rumput” atau judul lainnya “Forest Fire” yang dibuat pada 1849. Lukisan tersebut menampilkan adegan satwa-satwa yang tunggang-langgang mencari selamat karena hutany yang menjadi tempat tinggal mereka terbakar hebat. Tampak harimau, banteng, dan banteng yang terdesak sampai di tubir jurang dan tidak ada jalan untuk kembali.

Raden Saleh yang ditahbiskan sebagai pelopor seni lukis modern di Indonesia ini juga digelari sebagai Juru Gambar Sri Paduka Kanjeng Radja Wolanda. Alang kepalang pelukis yang hidup di dua dunia—Timur dan Barat— kesepian di akhir hidupnya.“Binatang, khususnya harimau, bagi pelukis Raden Saleh bukanlah binatang sembarangan. Pernahkah terpikir, mengapa Raden Saleh melukis harimau?”

Ada apa dengan harimau di lukisan-lukisan Raden Saleh? Apakah kucing besar itu memiliki aspek historis, simbolis, atau memori bagi sang maestro itu?untuk menjawab dua pertanyaan tersebut dalam Bincang Redaksi-30 akan dihadirkan dua narasumber yaitu Dr. Mikke Susanto, MA. kurator seni dan sekaligus Ketua Program studi Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta dan Mahandis Yoanata Thamrin sebagai  Managing Editor National Geographic Indonesia. Semoga kedua narasumber mampu memberikan jawaban atas dua pertanyaan tersebut.

Poster Bincang Redaksi-30

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini