LOGO ISI YOGYAKARTA
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Vokal Hybrid Jawa, Terobosan Baru ISI Yogyakarta dalam Pendidikan Seni Tradisi

Vokal Hybrid Jawa, Terobosan Baru ISI Yogyakarta dalam Pendidikan Seni Tradisi

ISI Yogyakarta, 14 November 2025. Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kolaborasi antara kampus dan masyarakat melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Tahun 2025. Salah satu kegiatan unggulannya adalah program bertajuk “Implementasi Inovasi Pembelajaran Vokal Hybrid Jawa dalam Meningkatkan Kompetensi Musikal Generasi Muda”, yang diselenggarakan di Pendopo Agung Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, pada Minggu (10/11).

Kegiatan PISN ini menjadi bagian penting dalam upaya mewujudkan Kampus Berdampak, di mana keilmuan seni tidak hanya berkembang di ruang akademik, tetapi juga hadir langsung di tengah masyarakat. Hadir dalam pembukaan acara, Lurah Caturharjo H. Wasdiyanto, S.Si., perangkat kalurahan, penggiat budaya, serta anggota Sanggar Catur Budaya sebagai mitra kegiatan. Dari ISI Yogyakarta, hadir Dr. Eli Irawati, S.Sn., M.A. selaku Ketua Kegiatan sekaligus Kepala LPPM ISI Yogyakarta, bersama dua dosen anggota tim: Ujang Nendra Pratama, S.Kom., M.Pd. (Fakultas Seni Pertunjukan) dan Riza Septriani Dewi, M.Ds. (Fakultas Seni Rupa dan Desain). Kegiatan ini juga menggandeng beberapa mahasiswa dari setiap fakultas sebagai bentuk kerja kolaboratif.

Dalam sambutannya, Lurah Caturharjo menyampaikan apresiasi atas hadirnya program yang menggabungkan semangat inovasi dan pelestarian budaya. “Program ini memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk belajar, berkreasi, dan mencintai budaya sendiri dengan cara yang sesuai perkembangan zaman,” ujarnya.

Program PISN yang diperoleh melalui hibah Kemendiktiristek ini dirancang untuk memperkuat sinergi antara perguruan tinggi, komunitas seni, dan masyarakat dalam mengembangkan model pembelajaran seni berbasis riset. Melalui konsep vokal hybrid Jawa, ISI Yogyakarta memperkenalkan metode pembelajaran vokal tradisional yang diperkaya dengan pendekatan digital, sehingga lebih adaptif untuk generasi muda.

Menurut Dr. Eli Irawati, inovasi vokal hybrid ini merupakan perpaduan antara teknik vokal tradisional Jawa dengan metode pembelajaran modern. “Kami ingin menunjukkan bahwa seni tradisi tetap relevan. Dengan pendekatan inovatif, tradisi justru menjadi inspirasi yang hidup dan dekat dengan generasi sekarang,” ungkapnya.

Pelatihan yang berlangsung di Sanggar Catur Budaya melibatkan remaja dan mahasiswa seni lokal. Sistem pembelajaran hybrid diterapkan melalui kombinasi sesi tatap muka di pendopo dan materi digital yang mudah diakses. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat pemahaman musikal, tetapi juga menghubungkan peserta dengan nilai-nilai estetika dan filosofi dalam tradisi vokal Jawa.

Sebagai bentuk dukungan terhadap keberlanjutan kegiatan kesenian masyarakat, ISI Yogyakarta menyerahkan bantuan sarana prasarana berupa sound system berkapasitas 5000 watt kepada Sanggar Catur Budaya. Penyerahan dilakukan pada Senin (10/11) oleh Dr. Eli Irawati dan disaksikan perangkat kalurahan serta pejabat pengadaan LPPM. Ketua Sanggar Catur Budaya, Ibu Lidya Permata Sari, M.Pd., menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan tersebut dan menegaskan bahwa fasilitas itu akan digunakan untuk mendukung latihan dan pementasan seni di tingkat lokal.

Kegiatan PISN 2025 ditutup dengan pementasan karya baru berjudul “Tresno Budoyo” ciptaan Dr. Eli Irawati. Komposisi ini memadukan laras slendro dan pelog dengan sentuhan ritmis modern, menghadirkan kolaborasi harmonis antara tradisi dan inovasi. Penampilan para remaja peserta pelatihan mendapat sambutan meriah dari warga yang turut mengabadikan momen tersebut.

Melalui program ini, ISI Yogyakarta kembali menegaskan perannya sebagai perguruan tinggi seni yang berdampak, adaptif, dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. PISN menjadi pintu bagi generasi muda untuk mengenal sekaligus mengembangkan budaya lokal melalui pendekatan kreatif yang relevan dengan zaman.

“Seni adalah bagian dari kehidupan, dan melalui seni kita membangun identitas, karakter, dan empati sosial,” tutup Dr. Eli Irawati, menegaskan semangat ISI Yogyakarta sebagai kampus yang membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDID