YOGYAKARTA — Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kembali menambah jajaran guru besarnya melalui Sidang Senat Terbuka yang digelar di Concert Hall ISI Yogyakarta, Selasa (14/10/2025). Dua akademisi resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar, yakni Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. di bidang Desain Komunikasi Visual dan Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum. di bidang Pedalangan. Keduanya menyampaikan orasi ilmiah yang mencerminkan kekuatan riset dan refleksi mendalam terhadap tantangan seni, desain, dan kebudayaan masa kini.
Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Pendidikan Desain Komunikasi Visual di Era Kecerdasan Buatan: Antara Estetika dan Etika”, Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto, M.Sn. menyoroti pentingnya kesadaran etika dalam menghadapi disrupsi teknologi kecerdasan buatan (AI) di dunia desain dan pendidikan seni.
Menurutnya, pendidikan Desain Komunikasi Visual tidak cukup hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga harus menumbuhkan pemikiran kritis, kepekaan sosial, dan tanggung jawab moral. “Era kecerdasan buatan telah mengubah cara kerja dan berpikir desainer. Maka, desain tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga etika—bagaimana karya visual memberi manfaat bagi manusia dan lingkungan,” tegasnya.
Prof. Dr. Prayanto Widyo Harsanto juga menekankan bahwa pendidikan DKV perlu bersifat responsif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi, agar dapat melahirkan lulusan yang kreatif, inovatif, dan berkarakter. “Desain yang baik bukan hanya indah secara visual, tetapi juga bermakna secara sosial. Tugas pendidikan DKV adalah menyiapkan talenta yang mampu beradaptasi dengan teknologi tanpa kehilangan nilai kemanusiaan,” ujarnya dalam orasi ilmiah yang diambil dari hasil riset panjang mengenai perkembangan pendidikan DKV di Indonesia
Sementara itu, Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum., dalam orasi ilmiah berjudul “Wayang Kulit Purwa untuk Manusia Multiusia”, memaparkan hasil penelitian yang dikembangkannya sejak tahun 1988 hingga kini. Ia mengangkat gagasan bahwa seni pedalangan dapat menjadi media pendidikan, hiburan, dan pembentukan karakter lintas usia.
Melalui konsep wayang multiusia, Prof. Dr. Junaidi, S.Kar., M.Hum memperkenalkan empat model inovatif hasil risetnya, yakni Wayang Kaper untuk anak usia dini (PAUD/TK), Wayang Kidangan untuk usia sekolah dasar, Wayang Jaranan untuk remaja menengah (SMP), dan Wayang Banthèngan untuk remaja akhir (SMA). Model ini memungkinkan nilai-nilai moral, estetika, dan budaya yang terkandung dalam wayang untuk disampaikan dengan cara yang sesuai dengan tahap perkembangan usia anak hingga dewasa
“Wayang bukan sekadar tontonan, tetapi tuntunan. Melalui format dan ekspresi yang disesuaikan dengan usia, wayang dapat menjadi media pembelajaran karakter yang efektif dan menyenangkan,” ungkapnya. Konsep tersebut juga dianggap sebagai strategi pelestarian budaya yang berkelanjutan di tengah perubahan zaman.
Dalam sambutannya, Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, M.Sn., menyampaikan apresiasi kepada kedua guru besar yang baru dikukuhkan. “Pengukuhan ini bukan hanya capaian akademik individu, melainkan juga penguatan marwah institusi dalam membangun tradisi keilmuan seni yang relevan dengan tantangan zaman,” ujarnya.






Pengukuhan dua guru besar ini menjadi momentum penting bagi ISI Yogyakarta dalam mempertegas perannya sebagai institusi pendidikan seni yang menginspirasi, mengabdi, dan berinovasi untuk kemanusiaan. Melalui riset dan pemikiran keduanya, tergambar jelas bahwa seni tidak hanya menjadi ekspresi estetika, tetapi juga sarana etika dan transformasi sosial.
Dari desain yang beretika hingga wayang yang mendidik lintas generasi, kedua guru besar ini telah meneguhkan pesan universal bahwa seni adalah cermin kemanusiaan dan peradaban.
Sidang Senat Terbuka ini dihadiri oleh jajaran pimpinan ISI Yogyakarta, anggota Senat Akademik, dosen, mahasiswa, serta tamu undangan dari berbagai perguruan tinggi seni di Indonesia. Acara berlangsung khidmat dan reflektif, menandai momentum penting bagi ISI Yogyakarta dalam mempertegas posisinya sebagai institusi pendidikan tinggi seni terkemuka di Indonesia.