Yogyakarta, Pada 3 Oktober 2025 — Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar perhelatan The 7th International Conference on Performing Arts (ICPA) 2025, dengan tema “Intermediality in Performing Arts: Theater, Film, Technology, and Creative Industries in the Era of Artificial Intelligence”.
Konferensi ini merupakan kegiatan unggulan dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. Kegiatan ini telah berlangsung pada Jumat, 3 Oktober 2025, mulai pukul 08:30 hingga 15:30 WIB, bertempat di Concert Hall ISI Yogyakarta.
Tema “intermediality” dalam konferensi ini merujuk pada sinergi antara berbagai media, genre, dan bentuk seni dalam satu karya pertunjukan. Pada masa kini, penggunaan media visual, film, instalasi digital, dan kecerdasan buatan (AI) tidak lagi menjadi tambahan dekoratif semata, melainkan elemen sentral dalam penciptaan, produksi, dan pengalaman seni pertunjukan.




Intermedialitas dalam seni pertunjukan mengacu pada interakasi dan kolaborasi beragam media, aliran, dan bentuk seni dalam satu karya. Intermedialitas tidak lagi sesederhana menggunakan proyeksi video dalam pertunjukan teater, atau penggunaan teknik sinematografi statis pada pertunjukan teater yang direkam. Perkembangan teknologi khususnya Artificial Intelligence (AI) saat ini kian meredefinisi secara radikal dan eksponensial pendekatan seni pertunjukan. AI telah berubah menjadi suatu entitas baru yang sangat dapat menjadi kreator, kolaborator, dan bahkan pemain itu sendiri. Konferensi ini bertujuan membangun ruang dialog kritis antara akademisi, seniman, dan praktisi untuk mengeksplorasi interdisiplineritas seni pertunjukan yang tengah berlangsung saat ini.
Dalam situasi ini, AI dipandang bukan hanya sebagai alat pendukung, tetapi bisa menjadi pencipta, kolaborator, bahkan pemeran dalam karya seni. Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan kritis: bagaimana manusia, sebagai seniman mengolah ide dan kekhasan budaya warisan dalam “wadah” teknologi baru? Bagaimana peran etika, otoritas kreatif, atau tradisi dalam menghadapi kebermaknaan dari karya yang “hibrid”?
Konferensi ini memiliki tujuan menjadi wadah dialog antara akademisi, seniman, dan praktisi untuk mengkaji lintas disiplin seni pertunjukan dalam era teknologi. ICPA 7 berkolaborasi dengan beberapa perguruan tinggi luar negeri dengan menghadirkan beberapa pemateri kunci, antara lain:
- Assoc. Prof. Tomilin Dmitry Valentinovich (Universitas Teater Rusia
- Prof. He Qing Xin (Guangxi Arts University, China)
- Prof. Steve Dixon (LaSalle College of the Arts / University of the Arts Singapore)
- Assoc. Prof. Hirwan Kuardhani, M.Sn. (Institut Seni Indonesia Yogyakarta)
- Dag Sigurd Yngvesson, PhD (University of Nottingham Malaysia Campus.
Selain sesi presentasi, konferensi ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, seperti “Kunti’s Last Hug” oleh Dr. Yosef Adityanto Aji, M.Sn. (digelar pada Kamis, 2 Oktober 2025, 20:00–21:00 di Auditorium Theater) dan “Sih Semu Ing Lelabuh” oleh Wahid Nurcahyono, M.Sn. ( digelar pada Jumat, 3 Oktober 2025, 20:00–21:00 di Teater Arena FSP)
ICPA 7 2025 di ISI Yogyakarta menandai momentum penting bagi Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta untuk menunjukkan eksistensinya di panggung global, sebuah pertemuan antara tradisi dan teknologi, antara kreativitas manusia dan kecerdasan buatan, yang membuka kemungkinan baru bagi masa depan seni dunia.