ISI Yogyakarta menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Keunggulan Seni dalam Pemulihan Kehidupan” pada Senin, 25 Juli 2022. Seminar nasional ini diselenggarakan secara daring dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan dihadiri lebih dari 300 peserta. Dalam seminar ini dihadirkan pembicara antara lain Handoko Hendroyono, Dr. Suastiwi, M.Des., dan Ayu Utami. Dalam seminar daring ini juga akan dihadirkan Bapak Tedi Bharata (Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Teknologi dan Informasi, Kementerian BUMN) sebagai keynote speaker dan dimoderatori oleh Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum.
Seminar dengan tema “Keunggulan Seni dalam Pemulihan Kehidupan” diselenggarakan sebagai bagian dari agenda peringatan Dies Natalis ke-38 ISI Yogyakarta. Seminar nasional ini melengkapi kegiatan prosesi sidang senat, pameran dan pementasan yang telah diselenggarakan dalam rangka memperingkati Dies Natalis ke-38 ISI Yogyakarta.
Tema Dies Natalis ke-38 ISI Yogyakarta yaitu “Keunggulan Seni untuk Recovery Kehidupan” merupakan respon kondisi kontekstual dari dunia seni dan dunia perguruan tinggi seni pada pasca pandemi Covid-19, demikian disampaikan oleh Rektor ISI Yogyakarta, dalam sambutannya untuk membuka seminar nasional ini. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa tema tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan recovery secara nasional dengan fokus ekonomi dan nilai kompetitif SDM. Tema “Keunggulan Seni untuk Recovery Kehidupan” juga sejalan dengan Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yaitu “Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar”.
Setelah sambutan yang disampaikan Rektor ISI Yogyakarta, acara seminar dilanjutkan dengan acara inti seminar nasional Dies Natalis ke-38 ISI Yogyakarta. Acara ini dimulai dengan paparan dari key note speakter Bapak Tedi Bharata yang menyampaikan bahwa tema Dies Natalis ISI Yogyakarta mengadung makna yang dalam karena Seni menjadi salah satu sarana untuk recovery kehidupan pasca pandemi. Dalam paparannya beliau juga menyampaikan bahwa Kementerian BUMN berharap mampu menjadi etalase seni budaya manusia. M Blok dan Sarinah merupakan contoh bagaimana BUMN berperan untuk menciptakan tempat-tempat yang memberikan peluang kepada seniman menampilkan karya seni dan melakukan pementasan seni. Kementerian BUMN mengijinkan bandara dimanfaatkan sebagai etalase seni karena banyak diakses oleh wisatawan asing dan domestik.
Masyarakat dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan juga harus memiliki keberpihakan terhadap jenama lokal. Pernyataan tersebut disampaikan narasumber pertama, Handoko Hendroyono dalam judul paparan “Lokal Lebih Vokal”. Saat ini jemana lokal, cerita lokal, wayang dan produk seni budaya asli Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi investor atau pemerintah untuk menanamkan modal atau menjadi sponsor berbagai kegiatan yang mengedepankan lokalitas.
Narasumber kedua, Dr. Suastiwi, M.Des. menyampaikan presentasi dengan judul “Kearifan Lokal dan Literasi Ekologi dalam Pendidikan Tinggi Seni : Pembelajaran setelah Pandemi Covid-19”. Dalam presentasi ini narasumber mendeskripsikan bagaimana kearifan lokal terbukti handal menyelesaikan problem-problem darurat seperti Covid-19. Literasi ekologi juga penting dalam pembangunan berkelanjutan yang berpihak terhadap perkembangan seni dan budaya.
Seminar ini ditutup oleh paparan Ayu Utami sebagai pembicara terakhir. Ayu Utami menyampai presentasi yang judulnya sama dengan tema Dies Natalis ke-38 ISI Yogyakarta “Keunggulan Seni dalam Pemulihan Kehidupan”. Dalam paparannya beliau juga menyakini bahwa seni dapat dijadikan sebagai sarana pemulihan kehidupan.
Deputi SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN
Handoko Hendroyono sebagai narasumber 1
Dr. Suastiwi, M.Des. sebagai narasumber 2