LOGO ISI 20 Cm
Loading ...

Pagelaran Teater Tari Pralaya

Pagelaran Teater Tari Pralaya

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Yogyakarta akan menyelenggarakan Pagelaran Teater Tari Pralaya, hasil kerjasama dengan Sampradaya Dance Creation, Canada, serta GEOKS Singapadu, Bali. Pagelaran akan berlangsung pada tanggal 4 Desember 2019 mulai pukul 19.00 WIB di Gedung Concert Hall ISI Yogyakarta.

Teater Tari “Pralaya” (2019)

Garapan ini adalah hasil kolaborasi antara I Wayan Dibia (GEOKS Singapadu/Gianyar, Bali-Indonesia) dengan Lata Sampradaya (Sampradaya Dance Creations, Toronto, Kanada). Dengan judul “Pralaya” garapan ini memadukan unsur-unsur dua budaya yang memiliki latar belakang yang sama, bharatanatyam (India) dengan tari dan musik Bali. Garapan ini merupakan sebuah dialog dan interaksi dua budaya yang secara fisik dan geografis berjauhan namun secara kejiawan memiliki banyak kedekatan. Tema sentral dari garapan ini adalah permainan dadu dalam epos Mahabharata. Garapan ini, yang didukung oleh 10 orang penari, digarap melalui dua tahap: pertama, penggarapan bagian-bagian kelompok di Bali (Indonesia); dan penggarapan bagian detail di Toronto (Kanada). Pralaya dipentas-perdanakan di Fleck Dance Teater Toronto dan kemudian dipentaskan di delapan kota lainnya di Kanada, diantaranya Sudbury, Ottawa, Mntreal, Calgary, dan Vancouver.

Inspirasi garapan adalah kehidupan masyarakat di zaman modern ini yang semakin dikendalikan oleh loba dan tamak, sehingga mereka menjadi semakin rakus dan menghalalkan segala cara untuk mencapai kepuasan duniawinya. Demi kemuliaan, mereka rela mengorbankan saudaranya sendiri seperti yang terjadi di antara keluarga Pendawa dan Korawa. Dalam kaitan ini Pralaya disajikan sebagai sebuah peringatan bahwa jika kita tidak ingin mengalami pralaya, maka kita harus mampu mengendalikan sifat loba dan tamak kita, serta memperlakukan manusia lain dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Secara garis besarnya, teater tari Pralaya yang berdurasi kurang lebih  75 menit ini mencakup 5 (lima) bagian. Dimulai dengan pemujaan terhadap Dewa Ganesha sebagai Dewa pelindung untuk memohon keselamatan pertunjukan, kemudian dilanjutkan dengan penggambaran 4 (empat) sifat yang mengendalikan hidup manusia, yaitu cinta kasih, loba, hormat, dan iri dengki. Dua bagian berikutnya adalah pengenalan tokoh-tokoh dua keluarga yang berseteru, yaitu Korawa dan Pandawa, dalam Mahabharata, dan permainan dadu di Hastina yang berakhir dengan kekalahan Pandawa.Selanjutnya adalah protes Dewi Drupadi atas perlakuan Pendawa dan Korawa yang telah menistakan dirinya. Dua bagian terakhir adalah perang bharatayudha yang berakhir dengan kehancuran seratus Korawa dan sejumlah kesatria Pendawa, serta kebangkitan semangat baru dalam suasana harmonis dan rasa kebersamaan.

Sinopsis

Dari tradisi Bharatanatyam dan tari Bali yang dimuliakan zaman, lahirlah PRALAYA. Berakar dari sejarah yang sama, dari sastra maha agung Mahabharata, yang dipuja serta dimuliakan di India dan Indonesia, PRALAYA adalah narasi sarat resonansi abadi dan universal dari dunia yang bergolak saat ini.

Epos Mahabharata, bisa menjadi cermin bagi kehidupan kita, untuk mengungkap kelemahan yang terus muncul dalam kehidupan manusia itu sendiri. Meskipun merupakan gudang sejarah, filosofi, cerita rakyat, dan nilai-nilai keluarga, epos hebat ini menyoroti kelemahan sifat manusia yang mengarah kepada siklus balas dendam dan kehancuran yang tak berkesudahan.

PRALAYA menyajikan kisah konflik dinasti, kekacauan yang menghancurkan bumi dan ketenangan abadi, dibarengi dengan potensi untuk menghancurkan dan dihancurkan.  Mahabharata berbicara tentang tragedi perang dan kehancuran dahsyat yang disebabkannya. Sesungguhnya dalam epik agung ini terjalin kisah-kisah penuh cinta, kasih sayang, pengampunan, dan kerendahan hati – kebajikan yang akan membawa kita semua menuju perbaikan umat manusia. Tanpa prasangka buruk atau kecurigaan terhadap suku, ras, dan agama, umat manusia di muka bumi ini sungguh akan bisa tumbuh, berkembang, hidup dalam suasana damai, dan terhindar dari kehancuran – Pralaya.

Ada 8 (delapan) bagian dalam garapan ini.

  1. Prolog Pralaya

Bayangan akan datangnya Pralaya, yaitu kemusnahan alam jagat raya.

  1. Pemujaan Kepada Dewa Ganesha

Pemujaan kepada dewa pelindung dan penyelamat demi keselamatan jagat raya.

  1. Penulisan Kisah Mahabharata

Resi Byasa minta Ganesha untuk menulis segala yang diceritakan Byasa dan hasilnya sebuah karya sastra agung Mahabharata.

  1. Drama Kehidupan

Kehidupan setiap manusia dipengaruhi oleh berbagai emosi  seperti cinta kasih, loba dan tamak, saling menghormati, dan iri hati.

  1. Permainan Dadu

Permainan dadu yang melibatkan Korawa dan Pandawa, yang berkat tipu daya Sakuni, membuat Pandawa kehilangan segala-nya, termasuk istrinya Drupadi, yang dipertaruhkan di meja judi.  Inilah sumber dari Pralaya.

  1. Perang Bharatayudha

Perang dahsyat di Kurukasetra, dimana dua wangsa Kuru, Pandawa dan Korawa saling bunuh. Dalam perang ini Pandawa berhasil menang namun bukan tanpa korban jiwa dan nyawa.

  1. Suasana Seusai Perang

Mayat-mayat manusia tak berdosa bermandi darah, jerit tangis para janda yang kehilangan suami tercinta.

  1. Pesan Untuk Direnungkan

Dengan rasa kebersamaan, tanpa prasangka buruk dan kecurigaan terhadap suku, ras, dan agama, umat manusia bisa tumbuh, berkembang, hidup damai serta terhindar dari Pralaya.

Team Kreatif:

  1. Konseptor: Lata Pada dan I Wayan Dibia
  2. Koreografer: Lata Pada dan I Wayan Dibia
  3. Komposer: Praveen D. Rao dan I Wayan Dibia
  4. Lighting: Ngurah Sudibya (Bali)
  5. Sprip: Jasmine Sawant
  6. Tata Busana: Sandya Raman
  7. Video Projection: Jaques Collin
  8. Para Penari:

India: Lata Pada, Atri Nundy, Nithya Garg, Parshwanah Upadhye, Adithya Veedu

Bali: I Wayan Dibia, I Gede Radiana Putra, Dewa Putu Selamat Raharja, Ida Ayu Made Dwita Sugiantini, Ni Ketut Santi Sukma  Melati.[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini