[vc_row][vc_column][vc_column_text]Satu lagi prestasi bergengsi ditorehkan oleh alumni ISI Yogyakarta. Dalam acara Award Kompetisi Film Dokumenter Bidikmisi di Cinema XXI Plaza Senayan, Jakarta pada Minggu (13/10), 2 alumni ISI Yogyakarta mendapatkan 2 penghargaan dalam ajang tersebut. Acara yang turut dihadiri oleh Menristekdikti ini memberikan penghargaan kepada lulusan mahasiswa bidikmisi dari berbagai PTN yang ada di seluruh Indonesia.
Kompetisi Film Dokumenter Bidikmisi ini adalah kerja sama Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa) Kemenristekdikti bersama dengan Metro TV dan Eagle Institute Indonesia. Kompetisi ini dimulai saat Kemenristekdikti mengumpulkan 120 proposal film. Para pembuat film ini kemudian diseleksi dan diwawancarai oleh Riri Riza (sutradara), Gerzon Ayawaila (sutradara), dan Meuthia Ganie Rochman (sosiolog Universitas Indonesia) hingga terkumpul sepuluh proposal film terbaik. Setelah melakukan proses produksi dan editing, sepuluh film tersebut dinilai oleh juri yang terdiri dari Plt. Sekretaris Ditjen Belmawa Rina Indiastuti, Riri Riza (Sutradara) dan Christine Hakim (Aktris dan Produser Film) untuk ditentukan tiga film dokumenter terbaik. Film terbaik pertama berjudul Sarjana Pelunas Janji Kemerdekaan. Film terbaik kedua berjudul Mimpi di atas Kursi Roda. Film terbaik ketiga berjudul Langkah Rubah di Selatan.
Produser film berjudul Mimpi di atas Kursi Roda merupakan alumni ISI Yogyakarta yaitu Sdri. Uswah Chandra Fitriani, mahasiswa Jurusan Fotografi penerima Beasiswa Bidikmisi angkatan tahun 2012. Sedangkan film Langkah Rubah di Selatan merupakan gambaran perjalanan band indie bentukan alumni ISI Yogyakarta di jurusan etnomusikologi.
Berikut sinopsis kedua film dokumenter tersebut:
- Mimpi Di Atas Kursi Roda (Sutradara Morsed)
Tahun 2009 gempa besar mengguncang kota Padang, Sumatera Barat. Quratta Ayuna Adrianus atau biasa dipanggil Yuna merupakan salah satu korban gempa tersebut dan membuatnya kehilangan kedua kakinya. Walaupun Yuna memiliki keterbatasan fisik, Yuna tetap semangat menggapai cita-citanya layaknya orang normal pada umumnya. Ketika kuliah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, Yuna menjalani hidup sebagai penyandang disabilitas yang menghadapi banyak tantangan, seperti masih banyaknya fasilitas umum di Jakarta yang masih kurang ramah terhadap disabilitas. Kegelisahan ini yang membuatnya menciptakan sebuah desain aplikasi mobile yang berguna mempermudah mobilitas para penyandang disabilitas. Desain aplikasi inilah yang mengantarkannya lulus dan menyandang predikat Sarjana. - Langkah Rubah Di Selatan (Sutradara Ani Ema Susanti)
Kecintaannya terhadap musik etnik membuat Ronie mendirikan band Rubah Di Selatan bersama ketiga temannya, Melinda, Gilang dan Adnan. Band indie yang dibentuknya sewaktu masih menjadi mahasiswa di Institute Seni Indonesia Yogyakarta ini menunjukkan bahwa mereka adalah anak muda yang tidak melupakan tradisi. Suka duka dialami bersama, seperti saling membantu untuk berhemat dengan makan bersama, hingga mencari tempat rekaman yang murah. Pertunjukan mereka dilakukan dari komunitas ke komunitas, hingga mendapatkan kesempatan mengikuti Siasat Trafficking Tour yang membawa mereka ke Eropa. Antusiasme penonton terlihat seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Kepopuleran musik etnik yang sedang dimainkan oleh Rubah Di Selatan, menjawab kerja keras yang mereka lakukan selama ini.
Sumber : https://www.ristekdikti.go.id/kabar/kemenristekdikti-dan-eagle-institut-indonesia-angkat-kisah-inspiratif-perjuangan-mahasiswa-bidikmisi-lewat-film/#LRfxsCKOofh2c40w.99[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]